Review Semua Ikan di Langit


IDENTITAS BUKU

Judul : Semua Ikan di Langit
Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Grasindo
Editor Septi Ws
Ilustrator Isi : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Desainer Sampul : Tim Desain Broccoli
Cetakan pertama Februari 2017
ISBN 9786023758067
Pekerjaan saya memang kedengaran membosankan--mengelilingi tempat yang itu-itu saja, diisi kaki-kaki berkeringat dan orang-orang berisik, diusik cicak-cicak kurang ajar, mendengar lagu aneh tentang tahu berbentuk bulat dan digoreng tanpa persiapan sebelumnya--tapi saya menggemarinya. Saya senang mengetahui cerita manusia dan kecoa dan tikurs dan serangga yang mampir. Saya senang melihat-lihat isi tas yang terbuka, membaca buku yang dibalik-balik di kursi belakang, turut mendengarkan musik yang dinyanyikan di kepala seorang penumpang... bahkan kadang-kadang, menyaksikan aksi pencurian.
Trayek saya memang hanya melewati Dipatiukur-Leuwipanjang, sebelum akhinya bertemu Beliau, dan memulai trayek baru: mengelilingi angkasa, melintasi dimensi ruang dan waktu.
***
Saya berekspektasi bahwa buku ini bertema transendental sejak membaca info tentang pengumuman Sayembara Novel DKJ 2016 bahwa novel yang menjadi juara pertama berjudul Semua Ikan di Langit, sehingga saya menantikan buku ini terbit pada awal Februari 2017.
      
Konflik utama dalam novel ini memang tak menonjol. Tapi ada pesan kuat yang berhasil disampaikan oleh Ziggy dengan cara yang halus, melalui kisah perjalanan ‘saya’ dan ‘Beliau’ di daratan Indonesia, negara luar, dan luar angkasa! Saya adalah bus Damri warna biru, Beliau adalah anak lelaki kecil dengan mantel biru yang kebesaran. Tapi Beliau bukanlah anak biasa. Beliau tak berbicara, mengapung di dalam bus, dan suka menjahit. Beliau selalu dikelilingi ikan julung-julung. Ikan julung-julung memiliki rahang bawah yang panjang seperti jarum suntik. Tetapi pada cover-nya, yang tergambar adalah bentuk ikan pada umumnya (yang sering kita gambar ketika kecil), seperti ikan nila.

Perihal ide, novel ini terbilang out of the box. Menurut saya, novel semacam ini hanya bisa ditulis oleh seseorang yang memiliki imajinasi tinggi. Tidak mengherankan mengapa isinya kental dengan nuansa fantasi, karena Ziggy sudah banyak menulis novel fantasi. Ada sedikit kemiripan dengan The Alchemist, tentang keberadaan tokoh yang punya kekuatan di luar logika manusia. Ada pula kemiripan dengan The Little Prince, tentang anak kecil bermantel merah yang mengelilingi semesta. Bedanya, Beliau dalam novel ini mengenakan mantel berwarna biru. 

Saya menunggu momen yang menyinggung perihal kontemplasi tentang Tuhan. Dan  baru saya temukan secara gamblang pada halaman 120:
Ucapan Tuhan itu membingungkan—seperti dijelaskan pelajaran filsafat oleh professor, sementara kita masih belajar bicara. Makanya Dia berikan kita otak, bukan? Kita kan punya otak yang dimaksudkan Dia untuk digunakan berpikir; jadi kalau kita memikirkan Dia, justru saya rasa, itu adalah bentuk pujian dan syukur yang jauh lebih baik daripada menerima ini-itu secara bulat-bulat.
Dewan Juri Sayembara Novel DKJ 2016 menyampaikan bahwa Semua Ikan di Langit ditulis dengan keterampilan bahasa yang berada di atas rata-rata para peserta. Memang benar, bahasanya enak dibaca, tak ada repetisi yang mengganggu. Serta tak banyak typo. Hanya ada beberapa yang tak sesuai EYD. Seperti halaman 120 di atas, dalam bahasa Indonesia, penulisan ‘professor’ seharusnya ‘profesor’, dengan 1 saja huruf s. Kalaupun memang harus ditulis sesuai bahasa Inggris, mestinya dicetak miring. Tapi ini bukan ketidaktelitian yang berarti. 

Novel sejenis ini memang bukan genre favorit saya, karena banyak hal absurd, atau barangkali surealisme dalam dongeng? #CMIIW karena saya tidak mendalami teori sastra. Tapi saya beri bintang 3,7 untuk:
- idenya yang out of the box,
- cara Ziggy menuturkan cerita dengan sangat baik,
- ilustrasi isi yang indah, yang dibuat sendiri oleh Ziggy. Keren! 

Hanya saja, saya tak berhasil larut dalam suasana batin yang dialami tokoh bus Damri. Jadi terasa agak flat, tapi tetap saja ini novel yang memukau karena belum tentu semua penulis Indonesia memiliki imajinasi seluas Ziggy. Selamat, Ziggy!



Comments

Popular posts from this blog

Resensi My Melodious Melbourne: Cinta dalam Sebentuk Melodi

Jalani, Nikmati, dan Syukuri Setiap Fase Hidup Kita

Gendis dalam Hening